Catatan Politik Senayan Bambang Soesatyo
INISIATIF
 Presiden Prabowo Subianto mendirikan Daya Anagata Nusantara atau 
Danantara relevan dengan tantangan yang mengemuka akibat ketidakpastian 
global saat ini. Dengan peran dan fungsinya sebagai badan pengelola 
investasi (BPI) dan instrumen pembangunan nasional, program-program 
Danantara diyakini bisa menstimulasi dinamika perekonomian nasional di 
jalur produktif. Dan, berkolaborasi dengan pemerintah, para ahli di 
dalam manajemen Danantara didorong untuk merancang peta jalan proses 
transformasi ekonomi Indonesia.
Dunia,
 hingga hari-hari ini, masih dan terus berselimut ketidakpastian. Daya 
rusak dari ketidakpastian itu nyata dan sudah menimbulkan rasa cemas 
komunitas global karena bisa menjerumuskan perekonomian dunia ke zona 
resesi. Derajat ketidakpastian global meningkat setelah Amerika Serikat 
(AS) menerapkan kebijakan unilateral dengan mendongkrak bea masuk 
sejumlah barang impor, yang mulai diberlakukan 2 April 2025.
Tindakan
 sepihak AS itu mengundang balasan dari Kanada, Meksiko, termasuk Uni 
Eropa serta Tiongkok. Sejumlah ekonom dan praktisi bisnis dari berbagai 
negara, termasuk di AS, sudah membuat perkiraan tentang gambaran 
kerusakan ekonomi di belahan Amerika utara dan Eropa. Jadi, bukan perang
 dingin lagi, melainkan dunia mulai menapaki perang tarif.
Cepat
 atau lambat, dampak langkah AS mendongkrak bea masuk produk impor itu 
akan dirasakan Indonesia, mengingat fakta tentang aktivitas ekspor-impor
 kedua negara.  Indonesia, selama ini, ekspor mesin, peralatan listrik, 
produk garmen, lemak, minyak nabati hingga alas kaki. Per 2023 misalnya,
 nilai ekspor RI ke AS tercatat sebesar 23,3 miliar dolar AS. Tindakan 
unilateral AS itu sudah barang tentu menambah masalah bagi perekonomian 
nasional yang sedang tidak baik-baik saja seperti sekarang ini. Minimal,
 para produsen dan eksportir produk ekspor ke AS perlu menghitung 
ulang. 
Mau tak mau, 
menghadapi dan menyikapi ketidakpastian global seperti sekarang 
memerlukan inisiatif-inisiatif baru. Bahkan inisiatif baru menjadi 
keniscayaan, setidaknya untuk meminimalisir potensi dan skala kerusakan.
 Ketidakpastian sekarang menjadi faktor penyumbat arus dana investasi, 
karena para investor atau pemilik dana mengambil posisi wait and see. 
Selain itu, investor di banyak negara lebih berkonsentrasi ikut 
mengamankan kepentingan negaranya masing-masing, termasuk fokus 
menciptakan lapangan kerja baru di era ArtificiaI intelligence (AI). 
Investasi baru hanya mengalir ke pasar yang berkepastian dan prospektif.
Contoh
 kasus yang patut dikedepankan adalah sikap, pilihan konsentrasi dan 
inisiatif Uni Eropa UE).  Arus dana investasi dari UE tahun-tahun 
mendatang  mungkin akan menipis karena prakarsa militerisasi di benua 
itu. Ingin mengurangi ketergantungannya pada AS, UE akan membangun 
industri pertahanan. Menurut rencana awal, UE akan mengalokasikan dana 
sampai 800 miliar Euro – ekivalen 870 miliar dolar AS -- untuk 
merealisasikan pembangunan sektor pertahanan selama empat tahun ke 
depan. Prakarsa militerisasi UE itu rupanya menarik perhatian produsen 
mobil Volkswagen (VW). Didukung produsen senjata Jerman, Rheinmetall, VW
 pun berinisiatif mengubah sebagian fasilitas produksinya menjadi 
industri persenjataan.
Maka,
 inisiatif Presiden Prabowo Subianto mendirikan Badan Pengelola 
Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara menjadi relevan dengan 
tantangan yang mengemuka akibat ketidakpastian global saat ini. 
Danantara membangun kekuatan dengan mengonsolidasikan aset-aset 
pemerintah agar semua aset itu terintegrasi dan efisien sehingga pada 
waktunya bisa dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan investasi dan 
pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketika
 memperkenalkan Danantara pada 24 Februari 2025. Presiden menegaskan 
makna strategis dan arti sangat penting Danantara.  Selain mengelola 
dana investasi, Danantara harus menjadi instrumen pembangunan nasional 
yang akan mengoptimalkan strategi mengelola kekayaan Indonesia. Tugas 
pokok dan fungsi (Tupoksi) serta visi yang melandasi kehadiran Danantara
 sudah tepat dan relevan.
Presiden
 pasti terbuka terhadap kritik tentang Danantara, namun sebuah inisiatif
 baru harus ditetapkan untuk merespons ketidakpastian saat ini. Dalam 
konteks kebutuhan investasi langsung, Indonesia secara bertahap harus 
mengurangi ketergantungannya pada modal asing, dan Danantara mestinya 
dimaknai sebagai langkah awal mewujudkan kemandirian.
 
                                                                        
                         Dalam konteks itulah manajemen Danantara 
diimbau untuk menggarisbawahi pesan penting atau komitmen Presiden 
Prabowo tentang hilirisasi sumber daya alam (SDA) dan tanaman pangan. 
Bagi masa depan kepentingan negara-bangsa, komitmen itu sangat strategis
 sehingga manajemen Danantara harus bijaksana memaknainya. Jangan lupa, 
komitmen ini sudah berulangkali ditegaskan Presiden Prabowo.
Dalam
 pidato pertamanya usai Pengucapan Sumpah sebagai Presiden Republik 
Indonesia di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Oktober 2024, Presiden Prabowo 
Subianto menegaskan komitmen Indonesia menuju swasembada pangan dan 
energi sebagai langkah utama guna menghadapi tantangan global yang makin
 kompleks. "Saya telah mencanangkan Indonesia harus segera swasembada 
pangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kita tidak boleh 
bergantung dari sumber makanan dari luar," tegas Presiden.
Kemudian,
 ketika memberi pembekalan kepada para menteri di Akademi Militer 
Magelang, Jawa Tengah, belum lama ini, Presiden Prabowo pun mengemukan 
inisiatifnya segera merealisasikan hilirisasi potensi SDA. Dalam 
perencanaan Presiden, hilirisasi akan menyentuh 28 komoditas unggulan 
Indonesia. Rincian komoditas yang sempat dipublikasikan meliputi nikel, 
timah, tembaga, besi baja, emas perak, batu bara, aspal buton, dan 
minyak bumi. Sasaran hilirisasi lainnya meliputi gas bumi, kelapa, 
karet, getah pinus, udang, ikan TCT, rajungan, rumput laut, pasir 
silika, kobal, logam tanah jarang, kakao, pala, dan tilapia.
Dan,
 di sela-sela perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-17 Gerindra di Sentul 
Bogor, Presiden bahkan sudah memberi rincian bahwa hilirisasi bakal 
dimulai dengan pelaksanaan 15 megaproyek. "Hilirisasi akan kita 
wujudkan. Kita akan mulai tahun ini, minimal 15 megaproyek yang 
miliar-miliar dolar. Kita mulai tanpa kita minta-minta investasi dari 
luar negeri," tegas Presiden. Jika sebagian dari semua target hilirisasi
 itu diumumkan kepada publik sebagai program awal Danantara, akan 
terbangun sentimen positif di pasar.
Tekad
 merealisasikan hilirisasi SDA dan tanaman pangan, dengan demikian, 
patut dimaknai sebagai Inisiatif Presiden Prabowo segera mentransformasi
 ekonomi nasional. Indonesia harus berani bertransformasi meski dunia 
masih berselimut ketidakpastian. Dan, para ahli di dalam manajemen 
Danantara secara tidak langsung sudah ditugaskan untuk merancang peta 
jalan proses transformasi ekonomi Indonesia. (*) 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar